xplosive, infectious roar, "Wake Up" alerts Story of the Year's fanatical, global following that the epic, uplifting The Black Swan is upon us. An artistic triumph in every sense, the beloved, million-selling band's third studio album is unequivocally its finest, building on the strength of past accomplishments while celebrating a newfound allegiance with Epitaph.
"Making this record felt like starting over," says Dan Marsala, frontman for the St. Louis-reared quintet. "We're like a brand new band. You can hear it in these songs, we're excited again. I think we've really stepped it up on this record."
If Story of the Year's career achievements - from 2003's smash debut Page Avenue to headlining massive festivals such as the Van's Warped Tour and Taste of Chaos, to world tours with the likes of My Chemical Romance, Linkin Park and The Used - have been abundant, they've also been the result of the esteemed modern rock outfit's tireless work ethic and willingness to push boundaries musically. Approaching the follow-up to 2005's In the Wake of Determination with a burst of creative freedom, Story of the Year - which also counts guitarists Ryan Phillips and Philip Sneed, bassist Adam Russell and drummer Josh Wills - elevates The Black Swan with these same key convictions.
Leaps and bounds beyond the standards of what an alt-rock anthem can be in 2008, the remarkably powerful, hopeful and deeply personal "Tell Me" is undeniable. "It opens with a fucking gnarly, classic riff that hits you right between the eyes," Ryan enthuses.
"It's about our band," Dan acknowledges. "Before we signed to Epitaph, things were up in the air for us. We knew we didn't want to be on a major label anymore. We were like, 'What does this mean? Is our band done?' We really had to work through it and it was a weird time for us. But it's also been a really positive experience. Like, 'we're going to get through this together and nothing can stop us!'"
Thematically based around the concept of impactful, unpredictable events, The Black Swan hits home with Story of the Year in that it relates to a massively successful rock band breaking free of confines and restrictions to thrive on its own terms. "Epitaph seemed like the perfect place for us at this time in our career," Ryan explains. "It's a much more creative environment." To which Dan adds, "We could tell that Brett [Gurewitz, Epitaph's founder] loved the songs."
Despite a back catalog that counts a half dozen radio staples (like 2003's "Until The Day I Die" to 2006's "Take Me Back") and a wall full of gold and platinum awards for record sales in North America, Japan and Australia, Story of the Year's loyal fans are its principal concern. And the legions that discovered the group via Page Avenue will be pleased to learn the group re-teamed with producer John Feldmann for a handful of tracks on The Black Swan.
Among them is the aforementioned, explosive "Wake Up," a collaboration between Phillips, Marsala and Russell, which took lyrical inspiration from Carl Sagan's book Pale Blue Dot. Written from a global perspective, Dan says of the track, "When you think about just how small the earth really is and just how small the human race really is, our existence is almost insignificant in the greater scheme of things. You think of how the wars and all of the fighting and killing are just so unnecessary. It's pointless, and we should all be living our lives to the fullest."
Elsewhere, the band's first bona fide ballad, "Terrified," upholds the same line of thinking, with an emotional and uplifting delivery. "It's an amazing story about a man who goes off to war leaving a pregnant wife," says Ryan. "It narrates from both sides; their fears, emotions, and the fact that she doesn't even know if he's still alive. It's a hard hitting song that needed to be personal and epic instead of heavy."
"A lot of this record explores social and ethical issues that we feel strongly about," explains Marsala. As is the case with the melodic charge of "We're Not Gonna Make It" which explores the struggle for an interracial couple to find acceptance and support from their parents and beyond in an overwhelmingly prejudiced America.
Equally poignant is the thought-provoking "Message To The World," which sends a global memorandum via the refrain, "When you kill me do it slowly." "People have this weird blind nationalism," says Dan. "Like, 'we're from America! And America is good. And we've gotta support America. And nobody else matters, because we're better than everybody.' And it's pretty obvious that having that kind of outlook will only result in things ending badly."
Additionally, Story of the Year teams with it-producer Elvis Baskette (Chevelle, Escape The Fate) on The Black Swan. "Elvis is a little more organic," Dan laughs. "He wants the guitars loud!" Be it "Welcome To Our New War," a stand out track that takes the group's shredding mastery to new heights, or the powerful riffs that propel "Apathy Is A Deathwish" - a track Phillips says, "Makes me want to smash stuff and drink a car-bomb shot" - the results are simply stellar.
Ferocious and thought-provoking, The Black Swan finds Story of the Year in the rare position of being one of the biggest bands in the world, while being left to its own devices to evolve and flourish creatively.
"I hope people really read into the lyrics and respect the fact that we don't sing about lollipops and gummi-bears," Ryan explains. "Musically, we've grown so much. We have some very unique, timeless, face melting guitar riffs and solos that have come to define our sound, without compromising the idea of a classic song."
GBOB Challange Indonesia 2008....
GBOB Challange Indonesia 2008....
.. ..
GBOB
atau Global Battle Of the Bands adalah sebuahajang festival band
internasional yang hadir di Indonesia dan telahdilaksanakan pada
tanggal 24-25 Agustus lalu di Cihampelas Walk Bandung.Bertempat di
Score!, perhelatan yang juga akan digelar di ..Bali..itu pun
dimulai.....
Agak
sedikit berbeda denganfestival-festival sejenis lainnya, GBOB memang
menawarkan sesuatu yang lebihdari sekedar mengangkat nama band-band
yang belum terkenal untuk menjadi lebihbesar lagi. Bukan apa-apa,
band-band yang akan berlaga di sini nantinya akanmembawa nama mereka
untuk mewakili ....Indonesia.... di ajang GBOBInternational yang akan
diadakan di London, Inggris. Selain memperbutkan hadiahsebesar US$
100.000, kemungkinan kontrak dengan label-label rekaman
bertarafinternasional dan gelar “The Best New Band in the World” telah
menunggu parapesertanya.....
Hari
pertama Qualifying Heats GBOBuntuk wilayah Indonesia Barat dimulai pada
hari minggu, 24 Agustus denganmenampilkan 15 band yang telah mendaftar
untuk babak kualifikasi nasional. Bandasal ....Bandung....,Acoustic
Rock yang memadukan elemen gitar akustik dengan musik rock
membukafestival yang dipandu oleh duo MC Dado dan Glen ini. Tapi sayang
band yangbervokaliskan perempuan dan sebagian personilnya masih cukup
muda tersebut tampaknyabelum terlalu mencuri perhatian penonton seperti
TPKM, band selanjutnya yangmembawa nuansa emo menjadi penghangat
suasana. Setelah selama kira-kira dua jampara peserta berhasil
menunjukan kemahiran dan keunikannya masing-masing,suasana di Score!
Pub memanas dengan kehadiran The You Know Who sebuah bandasal
....Jakarta....disusul oleh penampilan Strangers yang menyuguhkan
spirit berbeda di gelaranini.....
Di
hari pertama ini, GBOB sepertinyaberhasil mengusung nuansa globalnya
oleh penampilan para peserta yangmembawakan genre musik berbeda-beda.
Sebut saja C’Chord yang sukses memainkanpost rock atau To Infinite
dengan musik heavy metal kaya akan pengaruh J-rockhingga Bengs DP
Hellen sebuah band bergaya minimalis yang menyuguhkan perpaduanswing
dan garage. Dari semua peserta hari pertama babak penyisihan
regionalini, Rocket Rockers pastinya telah menjadi salah satu band yang
ditunggu-tungguaksinya dan memang, Ucay dan kawan-kawan berhasil
memukau penonton dengan memanfaatkanbatas waktu 15 menit yang telah
diberikan oleh panitia dengan sangat maksimal.Qualifying Heats hari
pertama ini kemudian diakhiri dengan aksi segar Freshmilkdan membawa
hasil 5 band yang nantinya akan berlaga di National Final.....
Berbeda
dengan hari pertamanyadimana hampir semua peserta GBOB mengusung genre
yang nyaris berbeda-beda, harikedua sepertinya adalah giliran musik
metal menguasai venue GBOB di hari Senin tersebut. Kebanyak para
peserta memang mengusung berbagai macam aliran rockseperti band For
Revenge atau Chalatraz yang masih bermain diseputar emo ataumetal core.
Selain itu, Lost Faith juga berhasil memberikan tempat bagi
bandberaliran death metal di GBOB. Jika Rocket Rockers adalah salah
satu band yangditunggu-tunggu oleh kebanyakan penonton di hari pertama,
di hari kedua initampaknya Good Boy Badminton dan ....Nudist..
..Island.... adalah peserta yang cukup dinanti-nantikan aksinya. ....
Meskipun
hentakan musik berdistorsi lebih banyak mendominasi,Moof, salah satu
peserta asal ....Bandung....,menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Band ini
menyuguhkan sentuhan musik yang lebihringan sekaligus unik. Sementara
Karnival, juga menampilkan nuansa jazzy yang pastinya sangat jauh
berbeda dari kebanyakan peserta hari kedua ini. ....
Secara
keseluruhan, acara yang di gagas oleh HeavenRecords selaku pemegang
lisensi GBOB di Indonesia ini berjalan dengan lancarmeskipun di hari
kedua, waktu penyelenggaraan sempat diundur dikarenakanpemadaman
listrik bergilir. Tapi penilaian terhadap peserta yang 50
persennyadiambil dari hasil penilaian juri dan 50 persen hasil voting
penonton tersebutmemetik hasil yang memuaskan. Di hari pertama, The You
Know Who berhasil keluarsebagai peserta dengan poin tertinggi,
sementara di hari kedua, band threepiece yang juga berasal dari
....Jakarta....,Happy Day, kembali merebut poin tertinggi mengatasi
band-band tuan rumah.Dengan begitu, Qualifying Heats GBOB Challenge
2008 telah berakhir dan akanmenunggu gelaran selanjutnya yang akan
diadakan di ..Bali..untuk melangkah ke National Final. Selain itu,
babak kualifikasi GBOB yangdigelar dua hari di ..Bandung.. ini adalah
gelombangyang pertama untuk wilayah barat ....Indonesia..... Dan itu
berarti kitamasih akan melihat sebesar apa gelombang kedua yang akan
digelar nanti.Theultimate battle for the bands has just begun ! ....
.. ..
GBOB
atau Global Battle Of the Bands adalah sebuahajang festival band
internasional yang hadir di Indonesia dan telahdilaksanakan pada
tanggal 24-25 Agustus lalu di Cihampelas Walk Bandung.Bertempat di
Score!, perhelatan yang juga akan digelar di ..Bali..itu pun
dimulai.....
Agak
sedikit berbeda denganfestival-festival sejenis lainnya, GBOB memang
menawarkan sesuatu yang lebihdari sekedar mengangkat nama band-band
yang belum terkenal untuk menjadi lebihbesar lagi. Bukan apa-apa,
band-band yang akan berlaga di sini nantinya akanmembawa nama mereka
untuk mewakili ....Indonesia.... di ajang GBOBInternational yang akan
diadakan di London, Inggris. Selain memperbutkan hadiahsebesar US$
100.000, kemungkinan kontrak dengan label-label rekaman
bertarafinternasional dan gelar “The Best New Band in the World” telah
menunggu parapesertanya.....
Hari
pertama Qualifying Heats GBOBuntuk wilayah Indonesia Barat dimulai pada
hari minggu, 24 Agustus denganmenampilkan 15 band yang telah mendaftar
untuk babak kualifikasi nasional. Bandasal ....Bandung....,Acoustic
Rock yang memadukan elemen gitar akustik dengan musik rock
membukafestival yang dipandu oleh duo MC Dado dan Glen ini. Tapi sayang
band yangbervokaliskan perempuan dan sebagian personilnya masih cukup
muda tersebut tampaknyabelum terlalu mencuri perhatian penonton seperti
TPKM, band selanjutnya yangmembawa nuansa emo menjadi penghangat
suasana. Setelah selama kira-kira dua jampara peserta berhasil
menunjukan kemahiran dan keunikannya masing-masing,suasana di Score!
Pub memanas dengan kehadiran The You Know Who sebuah bandasal
....Jakarta....disusul oleh penampilan Strangers yang menyuguhkan
spirit berbeda di gelaranini.....
Di
hari pertama ini, GBOB sepertinyaberhasil mengusung nuansa globalnya
oleh penampilan para peserta yangmembawakan genre musik berbeda-beda.
Sebut saja C’Chord yang sukses memainkanpost rock atau To Infinite
dengan musik heavy metal kaya akan pengaruh J-rockhingga Bengs DP
Hellen sebuah band bergaya minimalis yang menyuguhkan perpaduanswing
dan garage. Dari semua peserta hari pertama babak penyisihan
regionalini, Rocket Rockers pastinya telah menjadi salah satu band yang
ditunggu-tungguaksinya dan memang, Ucay dan kawan-kawan berhasil
memukau penonton dengan memanfaatkanbatas waktu 15 menit yang telah
diberikan oleh panitia dengan sangat maksimal.Qualifying Heats hari
pertama ini kemudian diakhiri dengan aksi segar Freshmilkdan membawa
hasil 5 band yang nantinya akan berlaga di National Final.....
Berbeda
dengan hari pertamanyadimana hampir semua peserta GBOB mengusung genre
yang nyaris berbeda-beda, harikedua sepertinya adalah giliran musik
metal menguasai venue GBOB di hari Senin tersebut. Kebanyak para
peserta memang mengusung berbagai macam aliran rockseperti band For
Revenge atau Chalatraz yang masih bermain diseputar emo ataumetal core.
Selain itu, Lost Faith juga berhasil memberikan tempat bagi
bandberaliran death metal di GBOB. Jika Rocket Rockers adalah salah
satu band yangditunggu-tunggu oleh kebanyakan penonton di hari pertama,
di hari kedua initampaknya Good Boy Badminton dan ....Nudist..
..Island.... adalah peserta yang cukup dinanti-nantikan aksinya. ....
Meskipun
hentakan musik berdistorsi lebih banyak mendominasi,Moof, salah satu
peserta asal ....Bandung....,menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Band ini
menyuguhkan sentuhan musik yang lebihringan sekaligus unik. Sementara
Karnival, juga menampilkan nuansa jazzy yang pastinya sangat jauh
berbeda dari kebanyakan peserta hari kedua ini. ....
Secara
keseluruhan, acara yang di gagas oleh HeavenRecords selaku pemegang
lisensi GBOB di Indonesia ini berjalan dengan lancarmeskipun di hari
kedua, waktu penyelenggaraan sempat diundur dikarenakanpemadaman
listrik bergilir. Tapi penilaian terhadap peserta yang 50
persennyadiambil dari hasil penilaian juri dan 50 persen hasil voting
penonton tersebutmemetik hasil yang memuaskan. Di hari pertama, The You
Know Who berhasil keluarsebagai peserta dengan poin tertinggi,
sementara di hari kedua, band threepiece yang juga berasal dari
....Jakarta....,Happy Day, kembali merebut poin tertinggi mengatasi
band-band tuan rumah.Dengan begitu, Qualifying Heats GBOB Challenge
2008 telah berakhir dan akanmenunggu gelaran selanjutnya yang akan
diadakan di ..Bali..untuk melangkah ke National Final. Selain itu,
babak kualifikasi GBOB yangdigelar dua hari di ..Bandung.. ini adalah
gelombangyang pertama untuk wilayah barat ....Indonesia..... Dan itu
berarti kitamasih akan melihat sebesar apa gelombang kedua yang akan
digelar nanti.Theultimate battle for the bands has just begun ! ....
Biografi Sweet As Revenge
Sweet As Revenge were formed in the late 2003. They've been through lots of formation changes since that day. Their first single, broken lines and empty smiles, was released in august 2004. The single reached the first position in MTV Cutting Edge and lasted for 7 weeks. And later on, the single was re-recorded for the Anthems of Tomorrow v/a album which was released by dE records.
Sweet As Revenge now are more likely to be called as one of the best performing band. The energy delivered in every of their shows made the crowds feel the emotional atmosphere. They are constantly wheeling on the edge of losing control, toeing the line between pure insanity and self-control.
Dinand in particular is manic, his voice often sounding like he was throwing every ounce of his soul into every single word. Occasionally his voice sounds so raw that you'll find yourself hitting the sore throat medicine on his behalf. The purity of Dinand's intense delivery made any listener feel as though he really meant every single scream, cry and shout.
Febri often shows dynamic bass playing in every songs, which you can find in most swing and jazz bands, and with his hurtful scratchy vocal approach, he completed the text and make sure that the message delivered!
Powerful and aggressive rhythm guitar proved to be the back bone of their songs. Kisut treated the six-strings like a chainsaw, but you can feel the purity inside his swelling guitar bruises. On the other side, Mamie's guitar melody seems to fill the elegant side of the songs to make it more audible. They've made a perfect duo.
Nanda's drumming is also riding that edge of complete disarray, offering her most frantic, kinetic playing on stage. Having a rare formation as a GIRL-drumming band, Sweet As Revenge have managed to stand out!
Some might say, this is their best formation ever!
sweet as revenge show
| ||||||||||||||||||||||||||||||
|
